Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menceritakan perjalanan kehidupannya di dunia politik. Penuturuannya itu tertuang dalam buku biografi berjudul ‘(Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir’ yang belum lama ini dirilis langsung oleh mantan Presiden Inter Milan itu. Mengutip subjudul bertajuk ‘Mimpi Vs Takdir’ pada Jumat (25/11/2022), Erick menceritakan awal mula karirnya yang tanpa pengalaman politik.
Selain tak berpengalaman, Erick juga tidak punya kekuatan politik dan tidak memiliki trah biologis dengan tokoh politik. "The best or nothing. Menjadi yang terbaik atau tidak sama sekali," kata Erick. Bermodal prinsip inilah, Erick yang akrab disapa ET, menjalankan tugas tugas yang dibebankan, bukan untuk mengejar posisi tertentu, namun ingin menunjukkan prestasi terbaik.
"Berambisi untuk sebuah posisi adalah hal yang menguras energi. Dalam hidup, posisi itu pasti berubah ubah. Sesuatu yang ada di atas pada akhirnya akan ke bawah juga. Sebaliknya, jika orientasi kita pada prestasi, sekalipun saat ini kita ada di bawah, dengan semangat berprestasi akan selalu membuka jalan untuk merangkak ke atas," ujar Erick. Ikhwal perjalanan karir politik ET sebetulnya dimulai saat Presiden Joko Widodo memintanya menjadi ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) untuk Pemilu 2019 setelah sukses memimpin penyelenggaraan Asian Games 2018. Tanpa beban, ET menyelesaikan penugasan yang diberikan. Maka begitu Pilpres 2019 selesai, ET pun sudah memiliki mimpi dan rencana besar yang siap diwujudkan.
Mimpi itu adalah keinginannya untuk kembali berinvestasi besar di klub sepak bola dunia. Tidak tanggung tanggung, berencana untuk membeli saham salah satu klub Liga Primer Inggris. Inilah mimpi yang sudah disusun sebelum dirinya masuk ke dunia politik. Oleh karena itu, sejak awal ditunjuk sebagai Ketua TKN, Erick telah mengatakan kepada Jokowi bahwa setelah Pilpres 2019 dia ingin kembali ke dunia yang sudah cukup lama dia tinggalkan, yakni usaha.
Kalaupun Presiden Jokowi tetap kukuh memintanya bergabung di dalam pemerintahan, Erick bersedia jika posisinya hanya sebagai penasihat di bidang ekonomi. Menjadi penasihat masih memungkinkannya untuk dapat menjalankan aktivitas di dunia usaha. Hal ini telah disampaikan sendiri oleh ET kepada Presiden. Namun Presiden Jokowi ternyata punya pertimbangan yang berbeda. Di sebuah petang menjelang pelantikan presiden masa jabatan 2019–2024, Jokowi memanggil Erick ke istana.
Jokowi berbicara langsung mengenai keinginannya menempatkan Erick sebagai bagian dari pemerintahannya untuk berkontribusi pada negara. Jokowi membutuhkan pengalaman, profesionalisme, serta jam terbang Erick agar bisa ditularkan ke BUMN Indonesia. Kursi Menteri BUMN boleh jadi adalah salah satu kursi menteri yang paling bergengsi. Kursi BUMN secara politik punya daya magnet sangat tinggi bagi seluruh kekuatan politik di Indonesia.
Oleh sebab itu, ET tak menyangka jabatan Menteri BUMN justru diberikan kepadanya. Padahal, ia sudah bersiap pamit dari dunia politik. Tapi Presiden punya pertimbangan lain. Dia yakin latar belakang Erick yang murni profesional dan tidak memiliki beban politik serta kepentingan, akan sangat berguna dalam membangun BUMN. Permintaan Jokowi itu membuat Erick mengalami pergulatan batin yang tidak mudah.
Di satu sisi, dia sudah punya rencana untuk kembali ke dunia bisnis guna mewujudkan mimpinya berinvestasi di klub sepak bola Liga Inggris. Di sisi lain, Erick pun paham keinginan besar Jokowi itu bukan sekadar keinginannya pribadi, melainkan mimpi besar Indonesia. Di persimpangan pilihan itu, Erick melakukan salat istikharah untuk meminta petunjuk.
Usai salat, hati Erick lebih yakin menerima permintaan Jokowi. Erick sadar ini adalah tantangan besar baginya sebagai profesional maupun anak bangsa. Dia paham bahwa keputusannya menerima permintaan menjadi Menteri BUMN tak akan membuatnya kaya atau dikenal dunia. Jika ingin uang atau ketenaran lebih besar, dia tentu akan menjalankan mimpinya membeli klub Liga Inggris.
Erick paham bahwa menjadi Menteri BUMN akan membuatnya kembali harus mengorbankan waktu untuk keluarga. Erick pun sadar menjadi Menteri BUMN berarti secara otomatis mendapat banyak “musuh”. Begitu banyak orang yang mengincar posisi itu. Erick juga sudah memprediksi bahwa dia akan “dimusuhi” oleh sejumlah kawannya, karena karakternya yang terkenal tak berkompromi untuk mengakomodasi kepentingan pribadi tertentu. Setelah dirinya ditunjuk sebagai Menteri BUMN, ambisi besar baru Erick pun muncul. Ambisi itu adalah membawa BUMN berprestasi di level yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu, Erick mencanangkan program “Bersih Bersih BUMN”; berbagai bentuk penyimpangan yang seringkali akrab dalam bisnis proses di BUMN, dia sapu bersih. Dan itu bukan cuma program atau rencana, namun langsung dieksekusi. Kasus Garuda dan Jiwasraya yang sudah puluhan tahun menjadi sapi perah, dia bongkar dan bawa ke ranah hukum. Erick sadar, tahun tahun ke depan memimpin Kementerian BUMN tentu tidak mudah.
"Hujatan, hinaan, atau fitnah sekalipun tidak pernah menjadi alasan saya untuk berhenti. Sebaliknya, itu malah menjadi energi untuk bekerja lebih baik lagi,: kata Erick.